Siswa atau sering juga disebut pelajar adalah status dimana seseorang terikat dengan sebuah sekolah, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah akhir (SMA/MA/SMK/Sederajat) dan memiliki kewajiban utama belajar. Jelas bahwa seorang siswa datang ke sekolah tujuan utamanya adalah untuk belajar. Kegiatan belajar didampingi oleh seorang guru dalam rangkaian kegiatan yang disebut pembelajaran. Kegiatan pembelajaran akan berjalan dengan lancar apabila komponen-komponen penyusunnya yaitu guru dan siswa memahami dan menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, adakalanya kegiatan pembelajaran terganggu karena ulah beberapa siswa melakukan kegiatan tidak sesuai dengan kegiatan pembelajaran, seperti ngobrol, memainkan alat yang tidak untuk digunakan ketika pembelajaran, menyelesaikan tugas yang tidak sesuai dengan mata pelajaran, dan sebagainya. Ketertiban selama pembelajaran sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran bisa tercapai. Bahkan, beberapa sekolah sengaja memajang tata tertib dengan tulisan super besar agar dapat dibaca, dipahami, dan dilaksanakan oleh siswa. Sebenarnya, dengan kesadaran akan pentingnya pembelajaran dan dukungan orang tua di rumah, siswa mampu untuk tertib ketika kegiatan pembelajaran. Sekolah tidak perlu membuat tata tertib dengan butir yang banyak.
Seorang siswa perlu memahami etika sebagai siswa ketika melaksanakan pembelajaran. Etika yang dilaksanakan dengan baik oleh masing-masing siswa akan menjaga ketertiban ketika pembelajaran. Berikut ini beberapa etika yang perlu siswa lakukan ketika melaksanakan pembelajaran.
Boleh berbicara pada waktu yang tepat
Tidak sopan berbicara di dalam majelis (dalam hal kegiatan pembelajaran) ketika ada orang lain sedang menyampaikan pesan, termasuk nyeletuk di tengah-tengah orang lain sedang berbicara. Bukan berarti tidak boleh berbicara ketika pembelajaran berlangsung. Boleh saja, asal dengan aturan yang sesuai etika. Ketika ada yang sedang berbicara, misalnya guru sedang menyampaikan informasi atau siswa lain sedang bertanya/menanggapi, dengarkan dan simak sampai selesai. Jika informasi perlu ditanggapi, tanggapilah dengan terlebih dahulu mengangkat tangan dan mohon permisi. Setelah dipersilakan, ucapkan terima kasih dan sampaikan apa yang ingin disampaikan. Berbicaralah dengan intonasi normal, tidak dibuat-buat, tidak bernada emosi, dan tidak bernada melecehkan orang lain.
PR/Tugas untuk diselesaikan di rumah
PR itu singkatan dari Pekerjaan Rumah. Sengaja diberikan guru untuk diselesaikan di luar jam pelajaran sekolah agar siswa dapat belajar tidak hanya di sekolah. Beberapa siswa menyelesaikan PR/tugas di sekolah bahkan di jam pelajaran yang tidak sesuai. Perbuatan seperti ini tidak mencerminkan etika siswa yang baik. Setara dengan tidak menghormati pembelajaran yang sedang berlangsung. Tidak ada alasan yang lebih masuk akal bagi siswa yang menyelesaikan PR/tugas di sekolah kecuali karena malas. Karena, pekerjaan rumah tangga biasanya dilakukan oleh orang dewasa atau pembantu rumah tangga. Menyelesaikan PR/tugas sekolah tidak memerlukan waktu yang lama bahkan sampai seharian. Cukup beberapa jam saja, PR/tugas dapat selesai. Sisa waktu lainnya dapat digunakan untuk bermain, membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, atau melakukan hobi. Bagi siswa yang sadar akan pentingnya belajar, ketika tidak mendapat PR pun tetap belajar dan berlatih menyelesaikan soal-soal pelajaran. Karena belajar itu tidak hanya dapat dilakukan di sekolah, tapi dimana saja ketika sempat.
Alat musik digunakan ketika pelajaran musik atau sebagai selingan belajar
Pada hari dimana ada jadwal pelajaran musik, siswa-siswa diperbolehkan membawa alat musik dan menyimpannya di dalam kelas. Ada siswa yang sengaja memainkan alat musik pada saat jam pelajaran lain, sehingga mengeluarkan bunyi-bunyian yang mengganggu proses pembelajaran. Ada saatnya ketika alat musik itu dimainkan, yaitu pada saat jam pelajaran musik, pada saat jam istirahat, atau sebagai selingan belajar jika guru mengijinkan. Tentunya dengan tetap menjaga etika. Permainan musik pada saat selingan belajar tidak mengganggu kelas sebelah dan dimainkan secara teratur. Jika ada yang membawa lebih dari satu alat musik, alangkah baiknya memainkan bersama secara terpadu.
Pakaian olahraga dipakai ketika jam pelajaran olahraga
Pada saat jam pelajaran selain olahraga, tidak baik mengenakan kaos/pakaian olahraga. Entah karena malas atau agar terkesan kasual, beberapa siswa mengenakan pakaian seragam olahraga pada saat jam pelajaran selain olahraga. Pendidikan di timur sampai sekarang ini masih mewajibkan siswa sekolah mengenakan seragam, bukan pakaian bebas seperti di barat. Hormatilah aturan yang ditetapkan sekolah dengan mengenakan pakaian seragam yang sesuai ketentuan sekolah.
Handphone untuk digunakan sewajarnya
Perkembangan teknologi informasi yang katanya ada dampak negatifnya bukan berarti secara total harus dihindari. Karena dibalik dampak negatif perkembangan teknologi informasi, banyak juga dampak positifnya. Sebenarnya saya termasuk guru yang setuju-setuju saja dengan penggunaan handphone atau sejenisnya di lingkungan sekolah. Karena bentuk penyesuaian sebagai anggota masyarakat yang hidup di era teknologi informasi sekarang ini, salah satunya adalah tidak alergi dengan alat-alat teknologi terbaru. Jika penggunaan alat-alat teknologi terbaru dibatasi, siap-siaplah bangsa indonesia menjadi bangsa yang tertinggal. Yang perlu dibatasi adalah penggunaannya apalagi di lingkungan sekolah. Sebenarnya, mudah saja mengatur penggunaan gadget di lingkungan sekolah jika masing-masing siswa mampu berbuat adil terhadap penggunaan handphone dan sejenisnya di lingkungan sekolah atau di luar sekolah. Handphone hanya digunakan ketika tidak sedang belajar dan penggunaannya pun sewajarnya saja. Tidak melulu harus selalu bergantung pada handphone, sampai-sampai ke kamar mandi pun selalu dibawa dan aktif digunakan.
Keluar kelas hanya untuk keperluan yang sangat penting
Keluar kelas pada saat jam pembelajaran diperbolehkan. Tentunya dengan terlebih dahulu meminta ijin dan permisi kepada guru yang sedang berada di kelas, tidak nyelonong begitu saja sambil ngomong seadanya. Sampaikan keperluan keluar kelas sejelas-jelasnya agar guru mengetahuinya. Kalau tidak penting-penting amat, lebih baik tetap bertahan di kelas sampai jam pelajaran berakhir. Adakalanya guru tidak mengijinkan siswa keluar kelas walaupun sudah meminta ijin. Tidak perlu memaksa, karena guru tahu betul seberapa penting keperluan keluar kelas yang disampaikan dibandingkan dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Mungkin saja guru menunda untuk memberikan ijin karena siswa perlu menerima informasi penting dan lengkap pada saat proses pembelajaran.
Jika saja semua siswa sadar akan etika ketika pembelajaran, tidak akan ada lagi guru yang galak. Tidak akan ada lagi guru yang ngomel-ngomel di kelas. Banyak siswa yang mengeluh dengan guru yang cerewet. Padahal sikap siswa sendiri lah yang membuat cerewet guru tersebut. Seorang siswa tidak akan pernah mengalami masalah jika dirinya sendiri bersikap benar dan tidak mengundang masalah.
Oleh Opan
Dipostkan November 08, 2014
Seorang guru matematika yang hobi ngeblog dan menulis. Dari ketiganya terwujudlah website ini sebagai sarana berbagi pengetahuan yang saya miliki.