Tiap akhir semester, sekolah melaksanakan Ujian Akhir Sekolah (semester ganjil) atau Ujian Kenaikan Kelas (UKK | semester genap). Dan pada akhirnya siswa mendapatkan rapport dari wali kelasnya. Dalam menghadapi ujian tersebut, terdapat berbagai respon dari siswa. Ada yang stress, tegang, deg-degan, atau malah tenang-tenang saja. Semuanya tergantung dari kesiapan dari masing-masing siswa. Siswa yang merasa tenang dalam menghadapi ujian bisa disebabkan beberapa hal. Mungkin siswa tersebut sudah sangat siap menghadapi ujian karena sudah belajar dengan baik dan mengusai materi yang akan diujikan. Kemungkinan lainnya adalah karena siswa sudah mempersiapkan contekan atau berpikir akan mendapatkan contekan jawaban dari temannya.
Mencontek pada saat ujian bagi sebagian siswa merupakan kebiasaan. Kebiasaan buruk tersebut tidak boleh dibiarkan. Sesuai dengan salah satu bentuk pendidikan, kalau ada yang berbuat salah harus ditegur dan sampaikan bahwa itu salah sehingga tidak boleh dilakukan. Tindakan tegas diperlukan oleh guru untuk memperingatkan siswa yang mencontek agar siswa tidak lagi melakukan kebiasaan buruk tersebut. Ingat bahwa tegas bukan berarti galak atau berupa kekerasan. Tegas di sini bisa berupa tindakan yang konsisten atas suatu perbuatan, dalam hal ini mencontek, terhadap siapa pun tanpa pandang bulu. Agar siswa tidak mengulangi perbuatan buruk mencontek, bisa juga dengan memberikan sangsi yang membuat siswa tersebut kapok. Tidak perlu sangsi yang terlalu memberatkan, diantaranya bisa berupa pengurangan nilai, pemberian tugas, atau sangsi akademis lainnya.
Banyak akibat buruk yang bisa ditimbulkan dari kebiasaan mencontek. Akibat buruk tersebut diantaranya adalah menurunnya rasa percaya diri dan kreativitas siswa dalam jangka pendek atau pun jangka panjang. Siswa yang mempunyai kebiasaan mencontek akan selalu merasa tidak percaya dengan apa yang dirinya kerjakan. Dalam menyelesaikan soal ada perasaan tidak yakin sehingga selalu ingin melihat pekerjaan orang lain dan membandingkannya. Hal ini akan berakibat siswa tersebut tidak mau lagi menyelesaikan soal dan lebih memilih melihat pekerjaan orang lain kemudian menyalinnya. Lama-kelamaan tidak akan ada ide-ide orisinil yang keluar dari pemikiran yang mengakibatkan tidak bisa berkreasi. Kita ketahui bersama betapa tidak berharganya produk sebagus apapun jika diketahui bahwa produk tersebut adalah hasil contekan. Misalnya dalam hal musik, rancangan busana, design, tulisan, dan sebagainya. Selain merugikan orang lain sebagai kreatornya, karya hasil contekan bisa dituntut secara hukum dan bisa menjadikan masalah.
Lalu bagaimana untuk membuat siswa tidak berpikir untuk mencontek? Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, salah satunya adalah dengan memberikan sangsi terhadap pencontek. Tapi langkah tersebut merupakan langkah yang berupa 'pengobatan'. Alangkah baiknya mencegah siswa mencontek daripada 'mengobati' dari kebiasaan mencontek. Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah siswa mencontek ketika ujian. Diantaranya adalah dengan membuatkan siswa kelompok belajar, sehingga masalah yang siswa alami ketika belajar bisa diselesaikan bersama kelompoknya. Kelompok belajar selain sebagai tempat untuk berbagi materi pelajaran, bisa juga menjadi ajang untuk bersosialisasi dan bermain. Langkah pencegahan selanjutnya adalah dengan menanamkan iman dan taqwa pada siswa. Setelah tertanam pada diri siswa bahwa setiap tingkah laku kita selalu diawasi Allah, maka keinginan untuk mencontek akan sangat minimal. Upaya lainnya adalah jangan terlalu menuntut nilai-nilai pada setiap pembelajaran. Nilai memang penting untuk menentukan prestasi. Lebih penting lagi proses untuk mendapatkan nilainya. Selalu mengingatkan siswa bahwa kalau rajin belajar, nilai yang baik pasti akan diraih.
Oleh Opan
Dipostkan December 31, 2011
Seorang guru matematika yang hobi ngeblog dan menulis. Dari ketiganya terwujudlah website ini sebagai sarana berbagi pengetahuan yang saya miliki.